Hariansolok.com Kita hidup dalam badai informasi, informasi begitu cepat datang dan pergi, hari ini viral isu A besoknya berganti dengan isu B. Kita tidak perlu keluar rumah untuk mencari informasi, informasi apapun datang begitu saja kepada kita, apakah melalui medsos, media online ataupun jalur komunikasi pribadi.
Fenomena ini menjurus kepada dangkalnya informasi yang kita dapatkan dan lebih parahnya kita sulit membedakan mana berita yang benar mana hoax. Tidak jarang berita hoax memunculkan berbagai persoalan yang nyata ditengah-tengah masyarakat kita. Admin menilai perlu adanya langkah-langkah kecil untuk menangkal itu semua, salah satunya adalah dengan pelan-pelan mengerti filsafat.
Mendengar kata filsafat biasanya kita mengkerut duluan bahkan menyimpulkan macam-macam, tapi tenang saja sebenarnya dalam kita kita hidup sebenarnya kita berfilsafat. Coba lihat adik kecilmu dirumah, kamu melihatnya sebagai anak kecil cerewet, selalu bertanya ini apa, itu apa? Difase selanjutnya pertanyaannya lebih berat, mengapa begini, mengapa begitu.
Ada dua tujuan dari filsafat itu sendiri yaitu,
Pertama tujuan menjadi Filosof (paling tidak untuk menjadi filosof bagi diri sendiri) yaitu berfikir, merefleksi, berkreasi dan memproduksi ide.
Berfikir adalah aktifitas yang paling banyak dan otomatis dalam keseharian kita, apa yang kita lihat, dengar, lakukan bahkan saat kamu dilarang berfikirpun kamu pasti mikir. Begitulah semuanya melibatkan aktifitas berfikir.
Merefleksi sebenarnya juga proses otomatis yang harusnya disadari, itulah kenapa pas mau tidur kamu tidak lansung tidur, hal-hal yang kamu jalani siangnya muncul dipikiran. Itulah saat yang pas untuk melakukan refleksi tentang keseharian, mana yang sudah benar, mana yang salah, mana kurang atau mana yang berlebihan.
Hasil refleksi inilah ini yang kemudian yang kemudian kemudian akan memunculkan ide baru yang membawa kepada kreatifitas selanjutnya. Sehingga hidup yang kita jalani adalah hidup yang hidup bukan sekedar mengalir begitu saja.
Tujuan yang kedua yaitu untuk menjadi ahli filsafat, untuk ini tentunya harus dimulai dari belajar teori-teori filsafat, dilanjutkan dengan mempelajari tokoh-tokoh filsafat dan bermacam paradigma filsafat.
Hal selanjutnya adalah kita akan bedakan dua hal ini sebelum belajar filsafat
- Filsafat sebagai metodologi, yaitu filsafat digunakan sebagai alat berfikir maksudnya berfikir untuk memahami hakikat dari kenyataan dalam menemukan kebenaran yang sejati contohnya adalah dengan cara empirisme, idealisme dan lain-lain.
- Filsafat sebagai produk pemikiran yaitu, filsafat adalah hasil pemikiran atau gagasan dari seorang tokoh tertentu, contohnya Karl Mark, Muhammad Iqbal dan lain-lain. Disinilah seringkali orang salah sangka terhadap filsafat karena menganggap filsafat hanya terbatas produk pemikiran seoarang tokoh.
Lantas bagaimana lahirnya filsafat, filsafat muncul ketika orang tidak puas dengan jawaban mistis terhadap problem hidupnya. Yunani kuno sangat identik dengan mitos-mitos seperti dewa Zeus, Hera, Poseidon, Hermes dan lain-lain yang sampai sekarang masih melegenda. Namun saat orang tidak puas dengan jawaban mistis mereka pindah dari mitos (legenda) ke logos yaitu menggunakan rasio atau nalar. Orang mulai berpikir dan mencari tahu apa yang ada dibalik sebuah peristiwa atau disebut kristis.
Dalam memasuki pintu gerbang filsafat seseorang mesti:
- Membuka pikirannya atau rasional, tidak mencari sebuah kebenaran kalau seseorang tidak membuka pikirannya terhadap adanya berbagai kemungkinnan kebenaran.
- Curious atau rasa ingin tahu, seperti anak kecil yang kita bahas diatas bahwa sebenarnya kita selalu memiliki rasa tahu. Tapi entah mengapa setelah beranjak remaja atau dewasa kita tidak lagi mempertanyakan apa yang disekeliling kita.
- Wisdom (kebijaksanaan, hikmah), bijaksana tidak selalu sama dengan kebenaran, contohnya kamu punya teman berambut kribo, kamu panggil “Kribo sini dulu”. Panggilan tersebut adalah benar namun tidak bijaksana. Disinilah bertemunya arti filsafat yaitu cinta kepada kebijaksanaan.
Lalu apa yang bisa dilakukan dengan filsafat
- Memperjelaskan konsep/ clarifiying concep; konsep adalah jembatan orang dalam berfikir. Banyak sekali persoalan mucul karena orang-orang rancu dalam memahami sebuah konsep. Melalui filsafat sesuatu akan didefinikasikan dengan benar.
- Mengkritisi konsep/ critiking concept; maksudnya menempatkan sesuatu sesuai porsinya, proporsinya. Mengkritisi tidak selalu identik dengan anti atau mencari kesalahan, namun adakalanya sesuatu itu benar namun tidak pas. Perbedaan sudut pandang sering menimbulkan masalah disini mengkritisi konsep menjadi hal penting.
- Membuat argumen/ creating concept/ argument, seorang filosof banyak bertanya mengapa, pertanyaan-pertanyaan ini akan melahirkan konsep.
Tujuh ciri berfikir filsafat
- Radikal (mengakar); berpikir secara mendalam, mencari hakikat
- Komprehensif (meluas, menyuluruh), berpikir tentang sesuatu dari berbagai sudut pandang
- Kritis, proporsional
- Konseptual, realitas membutuhkan konsep
- Koheren-konsisten (runtut/ tidak loncat-loncat)
- Sistematis-metodis; terstruktur
- Bebas-tanggung jawab (berfikir itu bebas, namun ekspresi berfikir membutuhkan tanggung jawab)
Ringkasannya adalah ciri berfikir filsafat yaitu memilik akal sehat. Akal sehat akan sakit bila digangu oleh banyaknya obsesi, ambisi, nafsu serta fantasi.
Tidak semua orang harus jadi filosof, namun manusia mesti berfilsafat. Filsafat membawa hidup yang reflektif tidak sekadar mengalir dan ikut-ikutan namun dijalani dengan pertimbangan yang bijaksana. Apalagi seorang muslim hidupnya akan dipertanggugjawabkan dihari kemudian, filsafat artinya mempunyai kesamaan dengan muhasabah atau tafakur .
Berfilsafat berarti mencari kebijaksanaan yang relefan serta berfungsi untuk hidup sehingga waktu hidup tidak disia-siakan. Seseorang yang berfilsafat berarti menguji hidup yang telah dan sedang dijalani.
Untuk pengenalan filsafat admin cukupkan sampai disini dulu, nanti akan kita lanjutkan dengan pembahasan lainnya.
Sumber: Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz