Hariansolok.com Indonesia sedang berduka, kepergian Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., CBE. Meninggalkan duka bagi bangsa Indonesia. Azyumardi menghembuskan nafas terakhirnya pada, Minggu 18 September 2022 di Negeri Jiran Malaysia. Semasa hidupnya, pria yang akrab disapa Prof Azra ini dikenal sebagai cendekiawan muslim.
KBRI Kuala Lumpur menyebut sejatinya Azyumardi Azra akan menghadiri acara Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam di Selangor, Malaysia yang digelar Sabtu (17/9/2022) oleh Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Azyumardi Azra rencananya akan menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut.
“Prof Azyumardi Azra direncanakan semula untuk menghadiri sebagai narasumber pada Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang dilaksanakan di Selangor, Malaysia, pada 17 September 2022 yang diselenggarakan oleh Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Tokoh pers Malaysia juga berkesempatan menjenguk beliau pada saat dirawat,” kata KBRI Kuala Lumpur dalam keterangan pers tertulis, Minggu (18/9).
Perjalanan Hidup Azyumardi Azra
Dikutip dari uinbanten.ac.id Azyumardi Azra lahir di Lubuk Alung, padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 04 Maret 1955. Azyumardi adalah anak ketiga dari enam bersaudara dan anak lelaki pertama dari pasangan Azikar dan Ramlah.
Azyumardi dibesarkan oleh orangtua yang sadar pentingnya pendidikan. Meski kondisi keluarganya sulit, ayahnya berkemauan keras agar anak-anak bisa sekolah. Profesi yang dijalani ayahnya pun hanya sebagai tukang kayu, pedagang kopra dan cengkih. Dari gaji ibunya mengajar sebagai guru agama, Azyumardi mendapat kesempatan belajar.
Pendidikan Azyumardi Azra dari Lubuk Alung Sampai New York
Pada Tahun 1963, Azyumardi masuk sekolah dasar yang berada dekat dengan rumahnya. Sekolah tersebut bernama SD Negeri 01 Lubuk Alung. Jarak sekolahnya tidak jauh dari rumah sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Setelah selesai menempuh pendidikan Sekolah Dasar tahun 1969 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang. Di sekolah menengah ini Azyumardi dikenal sebagai seorang pelajar yang cukup cerdas, terutama di bidang pelajaran Matematika.
Kemudian pada tahun 1975 Azyumardi berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya.Setelah lulus dari PGAN, ayahnya menghendaki Azyumardi agar kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padang. Namun, Azyumardi tidak berminat. Azyumadi menginginkan kuliah di Ilmu keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), atau belajar Sejarah di Universitas Andalas, Padang.
Azyumardi menentukan sikapnya sendiri, akhirnya ia kuliah di IAIN yang ada di Jakarta. Didasarkan pada pertimbangan, bahwa di kota metropolitan itu adalah tempat yang kosmopolit, dan kondusif untuk menghirup tradisi intelektual. Banyak putra Minang yang punya nama besar, dan pernah merantau di Jakarta, seperti Muhammad Natsir, Buya Hamka, dan sejumlah nama lainnya.
Azyumardi diizinkan oleh kedua orangtuanya untuk melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semasa kuliah, Azyumardi dikenal sebagai aktivis di organisasi intra maupun ekstra kampus. Di intra kampus, Azyumardi menjabat sebagai ketua senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
Di ekstra kampus Azyumardi tercatat pernah menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat, yaitu pada tahun 1981 sampai 1982. Di zaman Orde Baru Azyumardi pernah mengorganisasi kawan-kawan mahasiswa untuk melakukan demo terhadap pemerintahan Soeharto dalam sidang umum MPR tahun 1978.
Pada tahun 1982, Azyumardi berhasil menyelesaikan kuliahnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1986 Azyumardi memperoleh beasiswa S2 Fullbright di Universitas Colombia, New York, Amerika Serikat dengan konsentrasi Sejarah. Dalam tempo dua tahun ia berhasil meraih gelar MA pada Departemen Bahasa dan Kebudayaan Timur Tengah (1988).
Selanjutnya pada tahun 1989 Azyumardi memperoleh gelar MA nya yang kedua pada Universitas yang sama dalam bidang Sejarah melalui program Colombia University President Fellowship, Azyumardi memperoleh gelar M.phill dalam bidang Sejarah.
Dengan Jurusan Sejarah ini pula, Azyumardi memperoleh gelar Ph.D nya. Selanjutnya Azyumardi juga mengikuti program post doctoral di Universitas Oxford selama satu tahun (1995-1996).
Kiprah Azyumardi Azra Untuk Masyarakat
Adalah kawannya Fachry Ali yang pertama mengajak Azyumardi bergabung dengan majalah Panji Masyarakat di bawah pimpinan Buya Hamka pada tahun 1978.
Azyumardi merasa bahwa pekerjaan ini cocok untuknya. Ia banyak membaca dan mengamati, senang menulis dan Panji Masyarakat adalah tempat yang pas untuk mengembangkan semua itu. Dalam waktu tidak lama, Azyumardi menjadi wartawan Panji Masyarakat bersama Komaruddin Hidayat dan Iqbal Abdurauf Saimima.
Pada tahun 1986 Azyumardi meninggalkan Panjimas dikarenakan harus berangkat ke Amerika guna melanjutkan studinya.
Azyumardi menempuh karir di LRKN LIPI pada tahun 1982-1983. Azyumardi mendapat ajakan dari kawan seangkatannya, Herman Hidayat, untuk sama-sama bekerja di Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Azyumardi memutuskan untuk keluar dari LRKN LIPI pada tahun 1983.
Azyumardi menjadi tenaga pengajar di Fakultas Tarbiyah. Ia diminta mengajar mata kuliah Filsafat Barat. Selain mengajar filsafat, Azyumardi juga mengajar mata kuliah lain.
Selain Azyumardi masih tetap bekerja di Panjimas serta aktif dalam berbagai kelompok-kelompok diskusi. Tetapi, keadaan ini tidak berlangsung lama.
Pada bulan Maret 1986, Azyumardi terpilih sebagai dosen muda IAIN Jakarta untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Amerika.
Pada tahun 1995, Azyumardi kembali ke Indonesia dan langsung aktif sebagai dosen IAIN Jakarta setelah menyelesaikan studi doctoral di Universitas Oxford.
Azyumardi pindah dari Fakultas Tarbiyah untuk mengajar Sejarah ke Fakultas Adab sesuai bidang ilmunya. Kemudian, Azyumardi juga bekerja di PPIM (Pusat Pengabdian Islam dan Masyarakat)
Tepat pada bulan Februari 1997, Azyumardi resmi diangkat menjadi Pembantu Rektor I.
Pada tahun 1998, dalam usianya yang ke 43 tahun, Azyumardi dilantik menjadi Rektor IAIN Jakarta. Sejak saat itu, persiapan mengubah IAIN menjadi UIN semakin matang. Azyumardi memulai langkah-langkah perubahan dengan menerapkan konsep IAIN dengan mandatyang lebih luas.
Akhirnya pada tanggal 20 Mei 2002, IAIN Jakarta dengan keputusan Presiden Megawati Soekarno Putri resmi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada akhir tahun 2006, masa jabatan Azyumardi sebagai Rektor UIN habis dan digantikan Prof. Komaruddin Hidayat.
Azyumardi adalah penulis artikel di kolom setiap pekan koran Republika. Dari awal tahun 2004 hingga awal 2005, selama setahun Azyumardi telah menulis kurang lebih 50 artikel kolom dan dimuat di rubrik “Resonansi”. Tulisan-tulisan itulah yang kemudian dihimpun dan diterbitkan dengan buku berjudul “Dari Harvard Hingga Mekkah”. Sampai bulan Agustus 2022 pemikiran-pemikiran Azyurmardi masih dimuat di rubrik “Resonansi” Republika.
Tahun 2007, Rektor Komaruddin Hidayat meminta Azyumardi memimpin Program Pascasarjana. Azyumardi pun menyutujuinya, dari tahun 2007 sampai 2015 tercatat ia menjadi Direktur Pascasarjana berturut-turut.
Setelah tidak menjabat sebagai Direktur Pascasarjana, Azyumardi disibukan dengan kegiatannya sebagai dosen pengajar S2 UIN Jakarta, serta aktif mengisi acara Seminar di Kampus UIN Jakarta maupun diluar kampus.
Tahun 2022 ini karena kematangannya di dunia jurnalis Azyumardi Azra dipilih menjadi Ketua Dewan Pers untuk Periode 2022 sampai 2025.
Prestasi Gemilang yang Ditorehkan Azyumardi Azra
Pada tanggal 28 September 2010, Azyumardi Azra menerima penghargaan the Commander of the British Empire (CBE Award). Penghargaan ini diberikan oleh Ratu Inggris, Elizabeth II. Azyumardi dinilai berjasa dan memberikan kontribusi penting dalam membangun hubungan baik antar agama di level internasional, khususnya antara Indonesia dengan Inggris.
Azyumardi merupakan orang Indonesia pertama yang menerima gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris dan menjadi ‘Sir’. Selain itu, Azyumardi juga orang pertama yang mendapat penghargaan CBE yang berasal dari negara bukan persemakmuran Inggris.
Azyumardi juga mendapat penghargaan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada rabu tanggal 23 Agustus 2017. Penghargaan ini diberikan atas dedidaksi Azyumardi di bidang keilmuan Sejarah Peradaban Islam Indonesia.
Pada selasa 07 November 2017 Azyumardi juga mendapat penghargaan The Order of the Rising Sun: Gold and Silver Star dari pemerintah Jepang. Penghargaan disematkan langsung oleh Kaisar Akihito di Istana Imperial Tokyo. Penghargaan ini didasarkan atas kontribusi Azyumardi dalam meningkatkan pertukaran akademis dan saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.
Azyumardi adalah tokoh pemikir yang tidak pernah diam. Obsesinya yang besar untuk mengubah pemikiran Islam di Indonesia telah ditorehkan melalui karya-karyanya, baik dalam bentuk tulisan artikel, essai dan buku. Semoga kepergian Prof. Azyumardi juga melahirkan tokoh-tokoh sekelas Azyumardi.