Hariansolok.com Harga bahan bakar minyak naik selalu membawa efek domino terhadap semua sektor, tidak terkecuali terhadap pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Dikutip dari cnbcindonesia.com Tirta Citradi Ekonom MNC Sekuritas mengatakan bahwa dampak kenaikan BBM bersubsidi memang ada terhadap IHSG namun dampak yang harus diperhatikan adalah dalam jangka Panjang.
“Dalam jangka pendek memang bisa memicu respon negatif terhadap IHSG atas kebijakan tersebut, kalau harga BBM subsidi naik yang merupakan bahan bakar yang dikonsumsi dalam jumlah besar akan mendorong inflasi. Yang patut diwaspadai jika inflasi tinggi Bank Indonesia (BI) mau tidak mau akan menaikan suku bunga”, papar Tirta.
Jadi dampaknya terhadap perekonomian ada dua yaitu inflasi tinggi dan suku bunga yang juga tinggi, sehingga berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi serta laba emiten.
Lebih lanjut kenaikan inflasi dan suku bunga akan mendorong valuasi (nilai ekonomi/ proyeksi nilai atau nilai terkini) IHSG menurun karena Ketika risk free rate (tingkat pengembalian instrument bebas resiko) naik maka investor akan cendrung meminta imbal hasil (keuntungan berupa bunga dan deviden) yang lebih di saham untuk mengkompensasi risiko yang ditanggung, salah satunya akibat turunnya Price to Earnings Ratio (PER) yaitu harga saham dibagi laba per saham yang menunjukan harga saham saat ini dibanding laba perlembar saham dalam satu tahun.
Senada dengan ini Fakhrul Fulvian Chief Economics & Head of Fixed Income Research Trimegah Sekuritas mengatakan bahwa pasar biasanya akan terkoreksi pada saat suku bunga naik akibat tingginya inflasi dan current account defisit , namun yang terjadi saat ini tidak demikian.
“biasanya kalau suku bunga naik dan current account defisit, market-nya turun dalam. Sekarang factor yang memberatkan market tinggal interest rate-nya harus naik gara-gara inflasi dan naiknya harga BBM, pungkasnya dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (3/9/2022).