Iklan Harian Solok Header

Syekh Kukut Siapakah Beliau? Kenapa Namanya Diabadikan Di Taman Kota Solok?

No comments

Hariansolok.com Sebagian besar warga Solok dan sekitarnya pasti sangat akrab dengan nama Taman Kota Syekh Kukut, namun pernah kah anda bertanya-tanya siapa itu Syekh Kukut. Kenapa namanya diabadikan pada nama Taman Kota Solok, itu jugalah yang terlintas dibenak kami untuk pertama kali soal sosok Syekh Kukut ini.

Syekh Kukut dikenal dengan beragam kisah yang menyertainya. Ulama ini memiliki bernama asli Ahmad Sidik dengan gelar adat Junjungan Sati. Nama Syekh Kukut diberikan setelah peristiwa beliau menunjukkan karomahnya menggaruk sebuah batu hingga berbekas seperti cakaran atau dalam bahasa Minang (kukuik).

Syekh Kukut seorang tokoh yang memiliki andil dalam  menyebarkan agama Islam di Kenagarian Solok atau yang sekarang dikenal sebagai (Kota Solok) dan di Kenagarian Selayo, Kabupaten Solok. Dalam menyebarkan agama Islam beliau  dibantu oleh istrinya  yang bernama Ranggo Jali dengan gelar Bundo Kanduang (tokoh adat wanita)  Niniak Rubiah. Selain ikut menyebarkan agama Islam, beliau juga tokoh yang  memajukan Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, dengan bertani dan membuat sistem irigasi sawah-sawah para petani dizamannya.

Menikah dan Membangun Masjid Lubuk Sikarah

Awalnya, Syekh Kukut sebelum datang ke Sirukam beliau tinggal di Lubuk Sikarah Kota Solok. Di sinilah, beliau menemukan kekasih hatinya yang bernama Rubiah. Akhirnya beliau mempersunting Rubiah, bak gayung bersambut Rubiah rupanya seorang yang punya pengetahuan yang tinggi juga dalam ilmu agama.

Setelah menikah, Rubiah memiliki keinginan pada sang suami beliau yaitu meminta  untuk membuat tempat Shalat. Permintaan Sang Istri disetujui oleh Syekh Kukut, kira-kira sekitar tahun 1519 beliau membuat sebuah masjid, yang kemudian diberi nama “Masjid Lubuk Sikarah”. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua yang ada di Kota Solok.

Masjid Lubuk Sikarah
Masjid Lubuk Sikarah sumber foto google

Selama beliau berdua tingal di Lubuk Sikarah banyak masyarakat sekitar yang ikut memeluk Islam hingga pandai mengaji. Setelah sekian waktu timbul keinginan Syekh Kukut untuk terus melanjutkan dakwah Islamnya maka beliau menuju kearah dataran tinggi yang sekarang dikenal dengan Kenagarian Sirukam Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok.

Membangun Umat dan Pertanian di Nagari Sirukam

Dengan berjalan kaki bersama istrinya Syekh Kukut berhenti didaerah yang sekarang dikenal dengan Nagari Bukit Tandang, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok. Syekh Kukut dan Niniak Rubiah sempat menetap disini, namun lokasi ini belum sesuai dengan keinginan mereka untuk dijadikan  tempat tinggal.

Kemudian beliau melanjutkan perjalanan kearah bukit yang lebih tinggi dengan bertongkat bambu. Sesampainya di atas bukit, lalu tongkat bambu tersebut beliau tancapkan dan di sanalah beliau beristirahat untuk sementara.

Perjalanan kemudian dilanjutkan hingga sampai di daerah yang sekarang dikenal dengan Aua Sijapuak Nagari Sirukam. Disinilah Syekh Kukut bersama istrinya membangun rumah tiang sembilan ipuah, serta melanjutkan dakwah Agama Islam, beliau juga terlibat dalam pertanian.

Syekh Kukut memimpin masyarakat Nagari Sirukam untuk membangun jaringan irigasi yang dimulai pada tahun 1525 dan diperkirakan jaringan irigasi ini selesai pada pada tahun 1528. Jaringan irigasi yang bagus menciptakan keberhasilan dan kemakmuran terhadap masyarakat Nagari Sirukam dalam bidang pertanian.

Rahmat Allah SWT begitu dicurahkan pada beliau dan masyarakat Nagari Sirukam dimana pada saat membangun jaringan irigasi mereka juga menemukan emas, sehinga keluarlah pepatah dari orang-orang pada waktu itu  “Bak batandang ka Sirukam, Paruik Kanyang Ameh pun Buliah” (seperti bertandang ke Sirukam, perut kenyang emas pun didapat).

Bak cerita Romeo dan Juliet, Syekh Kukut dan Niniak Rubiah meningal secara bersamaan kemudian beliau dimakamkan pada liang lahat yang sama. Beliau bersama istri kemudian dimakamkan di Jorong Koto Tingga, Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok.

Makam kedua tokoh ini sudah diperbaharui  oleh pemerintah, dengan berukuran 4×3 Meter, makam itu dihiasi kelambu dengan bangunan yang terbuat dari semen dan batu Andesit. Saat ini makam Syekh Kukut dan Sang Istri tercatat sebagai cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar dengan nomor inventaris 02/BCB-TB/A/15/2007, dikutip dari media khazminang.id.

 

 

 

Artikel Terkait

Bagikan:

Leave a Comment

Iklan Harian Solok Footer